KALTIMKORANSERUYA.COM – Harga beras di Kabupaten Mahakam Ulu mengalami kenaikan yang cukup signifikan belakangan ini.
Kecamatan Long Pahangai dan Long Apari sebagai wilayah yang paling terdampak harga beras untuk satu karung seberat 25 kilogram harganya mencapai Rp750 ribu.
Dengan kata lain, harga perkilonya sebesar Rp 30 ribu. Padahal tahun lalu, harga satu kilo gram beras masih setengah dari itu. Harga ini pun terbilang sangat jauh jika dibandingkan dengan Kota Samarinda dan Balikpapan yang satu kilo berasnya rata-rata berkisar Rp12–14 ribu.
Hal ini mendapat respon dari legislator DPRD Kaltim, Veridiana Huraq Wang.
Menurut wanita yang akrab disapa Veri itu, kenaikan harga bukan hanya disebabkan menurunnya debit air Sungai Mahakam yang selama ini menjadi akses utama distibusi.
Faktor lain juga menjadi penyebab harga sembako seperti beras meroket tajam. Yakni, akibat sulitnya akses transportasi. Dengan kata lain, infrastruktur jalan belum memadai.
“Karena kemarau yang menyebabkan Sungai Mahakam tidak bisa dilayari kapal angkutan sembako memang jadi masalahnya. Tapi selain itu juga karena akses jalan yang belum merata. Inilah salah satu alasan mengapa Mahakam Ulu diperjuangkan untuk dimekarkan saat itu. Yaitu untuk mempercepat pemerataan pembangunan terutama infrastruktur jalan,” ujar Veri, Selasa (10/1/2023).
Anggota Dewan dapil Kutai Barat dan Mahakam Ulu itu pun menyoroti kebijakan Pemerintah Provinsi Kaltim untuk menghubungkan akses jalan ke kabupaten termuda di Kaltim tersebut.
Padahal, berbagai aspirasi sudah disampaikan ke Pemprov Kaltim di sejumlah kesempatan. Dirinya pun berupaya terus mendorong agar segera dilakukan pemerataan pembangunan terutama akses jalan di daerah yang mengantarkannya di kursi legislatif.
“Tapi kenyataannya pembangunan berjalan lambat, karena hanya mengandalkan APBN dan APBD Provinsi. Mestinya harus keroyokan menjadi program prioritas dulu. Pembangunan harus satu misi antara daerah, Pemprov Kaltim, dan Pemerintah Pusat,” terangnya.
Untuk diketahui, distribusi bahan pokok di Mahulu masih bergantung pada moda transportasi air. Sedangkan untuk jalur trans Kalimantan, sejauh ini masih belum terbangun dengan layak.
Sejauh ini kapal transportasi barang yang mengangkut bahan baku dari Samarinda sampai ke Long Bagun, Mahulu hanya sampai Kampung Long Iram, Kutai Barat. Akibatnya, biaya angkut bertambah karena harus menjemput bahan pokok dan kembali diangkut menggunakan kapal yang lebih kecil. Begitu pula stok bahan pangan di atas ulu riam hampir dipastikan langka dan harga barang pokok meroket di luar kewajaran. (ADV/DPRDKALTIM)