Home Headline News DPRD Kaltim Dorong Pedagang Pasar Tradisional Pakai QRIS

DPRD Kaltim Dorong Pedagang Pasar Tradisional Pakai QRIS

Ilustrasi, pedagang pasar tradisional gunakan QRIS. (Foto : ist)

SAMARINDA, SERUYA.COM – Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono mendorong agar pedagang pasar menyediakan merchant pembayaran QRIS di lapak mereka. Hal itu dikarenakan, Kaltim ialah daerah dengan pertumbuhan transaksi digital terbanyak di Pulau Kalimantan

Bicara pertumbuhan, Kaltim selalu menjadi yang terdepan dari 4 provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Bahkan Kaltim adalah satu-satunya daerah di luar Jawa-Bali yang masuk dalam 10 besar indeks kompetitif digital daerah.

Di mana Benua Etam menempati peringkat ketujuh nasional saat ini. Sampai April 2022, jumlah merchant QRIS di Kaltim sebanyak 256.635. Sementara jumlah penggunanya mencapai 215.298 pada Maret 2022.

Karena itulah, Nidya Listiyono mendorong pedagang pasar tradisional untuk segera memiliki merchant pembayaran QRIS di lapak mereka. Mengingat tren pembayaran sudah mulai bergeser dari manual ke digital.

“Kalau mau bicara perlu atau tidak perlu, kita harus menyesuaikan. Itu pendapat saya,” kata Nidya, Selasa (6/9/2022).

“Ini program pemprov dan pemkot yang memang sudah berjalan. Pedagang-pedagang kita hari ini harus cerdas, harus upgrade-lah ya. Yang masih manual, ya sebisa mungkin menyesuaikan,” lanjutnya.

“Kalau kita melihat pembayaran dengan aplikasi hari ini dengan barcode. Saya pikir, ya memang, berbayarnya sudah menggunakan aplikasi.”

“Susah juga kalau kita tidak mengikuti perkembangan zaman. Karena pelanggan Anda, ini kaum milenial. Yang kemudian, suka tidak suka, mau tidak mau, mereka kebanyakan bayarnya pakai itu,” jelasnya.

Dengan memiliki merchant pembayaran QRIS. Bukan berarti pedagang tidak bisa melayani transaksi manual lagi. Justru, ini bisa menambah pendapatan mereka. Lantaran konsumen diberi kebebasan untuk membayar menggunakan apa. Manual atau digital.

“Saya pernah menemukan sekali, ada orang mau bayar tunai lalu pedagangnya bilang tidak bisa bayar tunai. Maka tidak jadi beli. Ada juga yang punya uang digital, mau bayar tapi pedagang tidak punya alatnya, tidak jadi beli. Nah, potensi kehilangan ini yang kemudian kami pikirkan.”

“Jadi jangan berpikir, ‘Pak kami kan masih jadul.’ Enggak, tetapi bagaimana kemudian kita saving terhadap konsumen kita,” tuntasnya.

Untuk diketahui, Bank Indonesia perwakilan Kaltim beserta Pemprov Kaltim menargetkan sejumlah pasar tradisional menjadi pasar SIAP QRIS. Di antaranya Pasar Sanggam Adji Dilayas di Kabupaten Berau, Pasar Mangkurawang di Kutai Kartanegara, Pasar Induk Sangatta Utara di Kutai Timur, dan dan Pasar Olah Bebaya Melak di Kutai Barat.

Kemudian, Pasar Lok Bahu, dan Pasar Palaran di Samarinda dan Pasar Rawa Indah di Bontang. (adv)