KALTIMKORANSERUYA — Desa Salo Cella merupakan desa terjauh dari Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara. Untuk sampai ke Desa Salo Cella, pengendara mesti berhati-hati dengan kondisi ruas jalan yang sebagian besar masih belum disemen atau diaspal.
Saat hujan, jalanan berubah menjadi licin karena sejumlah persimpangan jalan merupakan jalur angkutan truk tambang batu bara. Namun, saat cuaca panas jalanan menjadi berdebu.
Letak desa yang jauh dari pusat kecamatan dan kondisi jalan serta berbukit, kerap menyebabkan sulitnya tim tanggap bencana menuju desa yang tidak jarang terjadi longsor saat musim hujan.
“Memerlukan tim relawan tanggap bencana, desa sini sering longsor, kebakaran hutan dan lahan. Kalau ada bencana siapa yang bisa membantu mengevakuasi?”, ungkap Kepala BPD Desa Salo Cella, Putri saat menghadiri reses Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Akhmed Reza Fachlevi di Dusun Angin Mamiri RT 7, Selasa (24/10/2023).
Putri melanjutkan, dengan kondisi jalan ke desanya belum seluruhnya seperti yang diharapkan, maka desa perlu relawan tanggap bencana. Hal itu untuk mencegah bencana seperti kebakaran lahan meluas.
“Kalau ada kebakaran ya kita bisa apa, hanya bisa melihat saja sampai habis. Jadi relawan ini penting sekali,” kata Putri menegaskan.
Jika dibentuk relawan yang terdiri dari warga setempat, ia berharap relawan bersama warga dapat bahu-membahu mengatasi bencana.
“Saya berharap kalau ada relawan dibentuk jangan tertarik karena gajinya. Tapi berbuat untuk membantu sesama,” katanya menambahkan.
Menanggapi keinginan itu, Akhmed Reza Fachlevi berkomitmen untuk merealisasikannya. Sebab, hal itu menurutnya telah menjadi program kerja Komisi IV DPRD Kaltim bersama mitra kerjanya. Sehingga ia meminta agar warga Desa Salo Cella untuk menyampaikan permohonan resmi.
“Program kita di antaranya relawan balakar, kemudian ada pelatihan untuk aparatur desa dan BPD yang merupakan hasil rembuk dengan APDESI dan PAPDESI di Balikpapan,” kata pria yang akrab disapa Reza. (adv)