KALTIMKORANSERUYA – Pemahaman atas alat dan kesehatan reproduksi di usia remaja merupakan hal yang sangat penting. Anak-anak perlu mendapatkan sosialisasi untuk membangun kebiasaan baik, mulai dari menjaga kebersihan serta edukasi mengenai fungsi reproduksi.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Eddy F saat ditemui Jumat (30/8/2024) di ruangannya.
Menurutnya, ada salah kaprah atas pengetahuan reproduksi yang kerap hanya dianggap sebatas masalah seksual saja. Tidak jarang orang tua merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah ini pada anaknya, bahkan yang sudah memasuki usia remaja.
Padahal, edukasi reproduksi merupakan salah satu akses untuk memenuhi hak anak untuk mendapatkan perlindungan.
“Dalam rangka pemenuhan hak anak, perlindungan anak, ini mengedukasinya justru bagaimana mereka paham alat reproduksi, kapan alat reproduksi itu bisa maksimal untuk dipergunakan, kan seperti itu, kita lebih kesana,” ungkap Eddy.
“Bahwasanya organ reproduksi wanita itu bukan hanya bicara hamil dan tidak hamil, ketika dia dipergunakan belum pada saatnya itu tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan organ reproduksi pada perempuan,” lanjutnya.
Ia menambahkan, kurangnya edukasi terkait reproduksi pada anak berpotensi memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Karena anak tidak punya pengetahuan yang baik dan kesadaran dalam memandang persoalan reproduksi. Terutama bagi kesehatan dirinya.
“Jadi usia kematangan daripada anak-anak itu terkait organnya ketika sudah berada diatas 21 tahun. Tapi kalau dibawah 21 tahun dia masih berkembang. Kalau namanya berkembang kan lebih baik jangan diganggu dulu. Ketika dia jadi ibu, reproduksinya masih bagus,” jelas Eddy.
Apalagi, menurutnya era sekarang anak-anak lebih dekat dengan informasi yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun. Tidak adanya pengawasan dan edukasi yang baik dari orang tua soal reproduksi dan seks, menyebabkan anak cenderung akan salah memilih informasi. Alhasil akan berdampak pada tindak laku anak kedepannya.
“Kami prihatin seharusnya anak-anak itu kita lindungi dari perbuatan-perbuatan yang seperti itu (seks bebas). Walau tidak dipungkiri anak-anak sekarang terbuka sekali dengan akses informasi,” tuturnya.
Ia berharap agar para orang tua ataupun tenaga pendidik bisa lebih sadar dan mengambil peran dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
Terpenting dari itu, pentingnya orang tua menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk bercerita. Termasuk soal reproduksi atau seks sekalipun.
“Jadi ketika mereka mau berinternet, atau bertanya tentang masalah-masalah seks, itu bukan menjadi masalah yang tabu. Karena anak-anak sekarang sudah pada kritis,” ujar Eddy.
“Kalau anak bertanya soal seks, jawab. Karena kalau dia mencari tahu lewat internet, justru malah berbahaya. Tidak ada guidencenya (bimbingan),” pungkasnya. (adv)